Jakarta 21 januari abad 20
Langit gelap, awan hitam mulai berkumpul, bercerita tentang hari ini yang sangat panas. Mereka berkata pada mentari "wahai mentari hendaklah kami membuat jakarta basah hari ini, kami juga ingin kau beristirahat atas hari hari mu yang melelahkan dan terlebih kau sudah tua, biarkan kami membuat sedikit kedamaian bagi mereka yang menyukai dan menikmati hujan". Matahari tak dapat berbuat banyak, ia mundur untuk hari ini, sampai bulan datang menggantikan, awan gelap tetap bersama hari itu. Bulan nampak nya sangat bersahabat terhadap hujam, walau ia tau sahabat bintang tak dapat terlihat manusia kala hujan.
Aku sebagai manusia yang dimaksud sang awan gelap, masih menikmati nya, di dalam kaca bus, air menetes lembut, turun ramai ramai dari atap bis lewat kaca, dingin, dan sendiri. Kemudia ku mencarik api, membakar tembakau, menyapa asap dan memeluk kehangatan, sungguh hujan membuat kedamian untuk ku dan jakarta se isinya.
Hujan lama tak datang semenjak bulan kemarin, mereka sekedar mampir bertamu, dan mungkin saja ini bulan nya untuk menginap beberapa bulan, semoga manusia bersyukur atas hujan yang lembut dan dingin, semoga manusia lebih menyadari kehangatan, dan ke harmonisan dalam kehidupan yang fana dan sepia.
Masih dalam bis kota, masih menatap keluar jendela di temani bulir bulir air yg perlahan terseret angin di luar kaca. Musik musik melakolis dan lofi membuat ku semakin menikmati hujan hari itu, terlebih aku sangat ingin ada sesosok wanita duduk bersama ku, sama sama menikmati hujan berdua, bernincang tentang hujan, dan segala hal yang kami sama sama suka, bukan kah mengasyikan, entah lah apa menurut kalian, menurut ku itu saja sudah cukup membuat ku bahagia sembari menjemput rindu di rumah.
Langit gelap, awan hitam mulai berkumpul, bercerita tentang hari ini yang sangat panas. Mereka berkata pada mentari "wahai mentari hendaklah kami membuat jakarta basah hari ini, kami juga ingin kau beristirahat atas hari hari mu yang melelahkan dan terlebih kau sudah tua, biarkan kami membuat sedikit kedamaian bagi mereka yang menyukai dan menikmati hujan". Matahari tak dapat berbuat banyak, ia mundur untuk hari ini, sampai bulan datang menggantikan, awan gelap tetap bersama hari itu. Bulan nampak nya sangat bersahabat terhadap hujam, walau ia tau sahabat bintang tak dapat terlihat manusia kala hujan.
Aku sebagai manusia yang dimaksud sang awan gelap, masih menikmati nya, di dalam kaca bus, air menetes lembut, turun ramai ramai dari atap bis lewat kaca, dingin, dan sendiri. Kemudia ku mencarik api, membakar tembakau, menyapa asap dan memeluk kehangatan, sungguh hujan membuat kedamian untuk ku dan jakarta se isinya.
Hujan lama tak datang semenjak bulan kemarin, mereka sekedar mampir bertamu, dan mungkin saja ini bulan nya untuk menginap beberapa bulan, semoga manusia bersyukur atas hujan yang lembut dan dingin, semoga manusia lebih menyadari kehangatan, dan ke harmonisan dalam kehidupan yang fana dan sepia.
Masih dalam bis kota, masih menatap keluar jendela di temani bulir bulir air yg perlahan terseret angin di luar kaca. Musik musik melakolis dan lofi membuat ku semakin menikmati hujan hari itu, terlebih aku sangat ingin ada sesosok wanita duduk bersama ku, sama sama menikmati hujan berdua, bernincang tentang hujan, dan segala hal yang kami sama sama suka, bukan kah mengasyikan, entah lah apa menurut kalian, menurut ku itu saja sudah cukup membuat ku bahagia sembari menjemput rindu di rumah.